Senin, 13 Mei 2013

PATOFISIOLOGI NEUROLOGI



PATOFISIOLOGI NEUROLOGI

1.PENYAKIT SEREBROVASKULER
A. Pengertian
Penyakit serebrovaskuler (cerebrovasculer disease) merupakan gangguan neurologi yang sering terjadi pada orang dewasa. Penyakit serebrovaskuler mencakup semua proses patologi yang mengenai pembuluh darah otak. Cerebrovasculer accident atau yang lebih dikenal dengan istilah stroke merupakan salah satu bentuk gangguan pada sistem neurologi yang sering dijumpai.
B. Penyebab
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu:
1. Trombosis serebri (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain).
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak).
4. Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya kehilangan penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen.
Senada dengan Brunner dan Suddarth, Price dan Wilson (1995) mengemukakan bahwa trombosis serebri merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40 % dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi. Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebri. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari (Brunner dan Suddarth, 1995). Mancall (cit. Price dan Wilson, 1995) menambahkan bahwa trombosis serebri merupakan penyakit orangtua. Usia yang paling sering terserang oleh penyakit ini berkisar antara 60 sampai 69 tahun.
Sedangkan pada embolisme serebral terjadi karena adanya abnormalitas patologik pada jantung kiri. Seperti endokarditis infektif penyakit jantung rematik, dan infark miokard serta infeksi pulmonal adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Iskemia serebral terutama karena konstriksi ateroma yang menyuplai darah ke otak manifestasi paling umum adalah Transient Ischemic Attack (Brunner dan Suddarth, 2001). Satyanegara (1998) menambahkan bahwa stroke akibat emboli serebri biasanya mempunyai onset yang tiba-tiba dan cepat tanpa adanya tanda-tanda peringatan atau peringatan sama sekali klien tiba-tiba terjatuh kolaps dilantai dan lumpuh.
2.KEJANG DAN EPILEPSY
Kejang: Manifestasi klinis dari pelepasan sinkronis yang abnormal dan berlebihan dari kumpulan neuron serebral (Cock 2006).
    Kejang epileptik timbulnya sepintas dari tanda-tanda dan gejala, atau keduanya, akibat aktivitas neuronal yang berlebihan dan sinkronis di otak (Fisher ILAE, IBS 2005). Aktivitas singkat yang sinkronis dari sekelompok neuron mengakibatkan ”interictal spike”, yang berlangsung kurang dari 70 ms dan berbeda dengan kejang (deCurtis 2001).
    Epilepsi: adalah gangguan dari otak dengan ciri predisposisi terus menerus untuk membangkitkan kejang epileptik dengan akibat neurobiologik, kognitif, psikologik, dan sosial (ILAE proposed new edition, 2005).
    Epilepsi adalah gangguan dari otak dengan ciri predisposisi terus menerus untuk membangkitkan kejang epileptik, dan epileptogenesis adalah perkembangan jaringan neuronal pada mana timbul kejang spontan (Duncan 2006).
 3. PENYAKIT DEGENARATIVE DAN GANGGUAN LAIN PADA SYSTEM SYARAF
Perubahan   degeneratif  pada   diskus   intervertebral  merupakan  penyebab tersering nyeri pinggang.  Penyebab lain  antara  lain kelainan  kongenital,  perkembangan, inflamasi, serta tumor, yang secara kepentingan  klinis  adalah sekunder namun mungkin berakibat perubahan  yang serupa   pada   diskus   intervertebral.    Peningkatan  pengetahuan  terhadap  gangguan penampilan  dan  fungsi tulang belakang menimbulkan minat yang lebih besar. Ini tidak  hanya karena gangguan yang umum terhadap  diskus intervertebral,   namun  juga  terhadap   akibat   yang ditimbulkan  pada  struktur yang  berdekatan.  Hubungan langsung  antara diskus intervertebral  yang  mengalami herniasi   dengan  siatika  dianggap  mempunyai   basis morfologikal.  Namun  terpakunya pada  perubahan  pato-morfologikal sebagai penyebab gejala mengantarkan  pada situasi adanya kelainan fungsional tulang belakang yang ternyata  tanpa  disertai  patomorfologi  yang   jelas.Terbukti  bahwa pengangkatan secara  operatif  terhadap prolaps tidak memecahkan semua masalah. Juga  ditemukan adanya  perbedaan  yang  mengejutkan  antara  perubahan patomorfologikal  dan  radiografik pada satu  sisi  dan gejala disisi lain.  Perubahan bentuk dan fungsi  tidak selalu  berhubungan  dengan  penampilan  klinis  segmen bersangkutan.   Jadi  suatu  deformitas   tidak   perlu  menunjukkan   perasaan  tidak  enak.  Buktinya   adalah skoliosis dan kifosis pada remaja dapat menjadi lengkap tanpa  gejala. Juga sering ditemukan pada foto  sinar-X untuk  keperluan  lain,  adanya  tanda-tanda  perubahan degeneratif  pada  penderita  yang  menyangkal   adanya  keluhan.
4.CIDERA SUSUNAN SARAF PUSAT
Sebagian besar cedera otak tidak disebabkan oleh cedera langsung terhadap jaringan otak, tetapi terjadi sebagai akibat kekuatan luar yang membentur sisi luar tengkorak kepala atau dari gerakan otak itu sendiri dalam rongga tengkorak. Pada cedera deselerasi, kepala biasanya membentur suatu objek seperti kaca depan mobil, sehingga terjadi deselerasi tengkorak yang berlangsung tiba-tiba. Otak tetap bergerak kearah depan, membentur bagian dalam tengorak tepat di bawah titik bentur kemudian berbalik arah membentur sisi yang berlawanan dengan titik bentur awal. Oleh sebab itu, cedera dapat terjadi pada daerah benturan (coup) atau pada sisi sebaliknya (contra coup). Respon awal otak yang mengalami cedra adalah ”swelling”. Memar pada otak  menyebabkan vasoliditasi dengan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut, menyebabkan penumpukan darah dan menimbulkan penekanan terhadap jaringan otak sekitarnya. Karena tidak terdapat ruang lebih dalam tengkorak kepala maka ‘swelling’ dan daerah otak yang cedera akan meningkatkan tekanan intraserebral dan menurunkan aliran darah ke otak. Peningkatan kandungan cairan otak (edema) tidak segera terjadi tetapi mulai berkembang setelah 24 jam hingga 48 jam. Usaha dini untuk mempertahankan perfusi otak merupakan tindakan  penyelamatan hidup.
5.EVALUASI PENDERITA GANGGUAN NEUROLOGI
-Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter kepada pasien meliputi pemeriksaan umum serta pemeriksaan ‘neurologis’. Pemeriksaan tekanan darah merupakan pemeriksaan umum yang rutin dilakukan untuk penapisan adanya kelainan tekanan darah seperti hipertensi juga hipotensi.Pemeriksaan umum merupakan pemeriksaan pada semua sistem anggota tubuh, mulai dari kepala, leher, dada, perut hingga kaki. Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (menekan) dan auskultasi (mendengar). Misalnya:Dengan menggunakan stetoskop dokter mendengar adanya bunyi ‘bruit’ di pembuluh darah arteri di leher (arteri karotis). Mendengar bunyi jantung, perihal adanya kelainan bunyi, dan kelainan frekuensi, ritme jantung.Pemeriksaan ‘neurologis’ merupakan pemeriksaan saraf untuk menemukan berbagai kelainan sensorik, motorik, koordinasi, refleks dan fungsi luhur.
-Pemeriksaan laboratorium
Berbagai pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien dengan gejala strok. Beberapa pemeriksaan dilakukan segera di USG ketika terdapat serangan strok, beberapa pemeriksaan lainnya dilakukan kemudian.
-Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dapat meliputi tes:
 Hb, Leukosit, Trombosit.
-Tes profil lemak darah: Kolesterol total, Kolesterol HDL
6.TUMOR SUSUNAN SYARAF PUSAT
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar